Senin, 27 April 2020

Sultan Agung Versus J.P. Coen

Gadis Rantau
Sultan Agung adalah raja dari Kerajaan Mataram saat Mataram mencapai zaman keemasan. Sultan Agung bercita-cita ingin mempersatukan seluruh tanah Jawa, dan mengusir kekuasaan asing dari bumi Nusantara. Sultan Agung sangat menentang keberadaan kekuatan VOC di Jawa. Sultan Agung merencanakan serangan ke Batavia. Ada beberapa alasan mengapa Sultan Agung merencanakan serangan ke Batavia yaitu tindakan monopoli yang dilakukan VOC, VOC sering menghalang-halangi kapal-kapal dagang Mataram yang akan berdagang ke Malaka, VOC menolak untuk mengakui kedaulatan Mataram, dan keberadaan VOC di Batavia telah memberikan ancaman serius bagi masa depan Pulau Jawa.

A. Serangan Pertama
Pada tanggal 22 Agustus 1628 Pasukan Mataram, dibawah pimpinan Tumenggung Bahureksa yang diutus oleh Sultan Agung, menyerang Batavia. Pasukan Mataram berusaha membangun pos pertahanan, tetapi kompeni VOC menghalangi, sehingga terjadi pertempuran.

Bahkan pasukan lain membantu, seperti pasukan Sura Agul-Agul yang dibantu oleh Kiai Dipati Mandurareja dan Upa Santa, serta laskar orang-orang Sunda pimpinan Dipati Ukur. Dalam serangan pertama ini, Tumenggung Bahureksa gugur.

Terjadilah pertempuran sengit antara pasukan Mataram melawan tentara VOC di berbagai tempat. Tetapi kekuatan tentara VOC dengan senjatanya jauh lebih unggul, sehingga dapat memukul mundur semua lini kekuatan pasukan Mataram. Dengan demikian serangan tentara Sultan Agung pada tahun 1628 itu belum berhasil.

Serangan Kedua
Pada serangan kedua 1629, pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Singaranu, Kiai Dipati Juminah, dan Dipati Purbaya. Tetapi informasi ini diketahui VOC, sehingga VOC berhasil menghancurkan kapal-kapal, rumah penduduk dan lumbung pasukan Mataram.

Pasukan Mataram pantang menyerah, terus berusaha mengepung Batavia, dan akhirnya berhasil menghancurkan Benteng Hollandia, dan mengepung Benteng Bommel. Pada saat itu pula, tepatnya 21 September 1629, J.P. Coen meninggal karena penyakit kolera. Tetapi hal ini malah semakin membakar semangat Belanda, sehingga serangan pasukan Mataram kedua juga gagal.

Dengan kegagalan pasukan Mataram menyerang Batavia, membuat VOC semakin berambisi untuk terus memaksakan monopoli dan memperluas pengaruhnya di daerah-daerah lain. Perlawanan pasukan Sultan Agung terhadap VOC memang mengalami kegagalan. Tetapi semangat dan cita-cita untuk melawan dominasi asing di Nusantara terus tertanam pada jiwa Sultan Agung dan para pengikutnya.

Setelah Sultan Agung meninggal tahun 1645, Mataram menjadi semakin lemah sehingga akhirnya berhasil dikendalikan oleh VOC. Sebagai pengganti Sultan Agung adalah Sunan Amangkurat I. Ia memerintah pada tahun 1646 -1677. Ternyata Raja Amangkurat I merupakan raja yang lemah dan bahkan bersahabat dengan VOC.
 Sultan Agung adalah raja dari Kerajaan Mataram saat Mataram mencapai zaman keemasan Sultan Agung Versus J.P. Coen
Raja ini juga bersifat reaksioner dengan bersikap sewenang-wenang kepada rakyat dan kejam terhadap para ulama. Oleh karena itu, pada masa pemerintahan Amangkurat I itu timbul berbagai perlawanan rakyat. Salah satu perlawanan itu dipimpin oleh Trunajaya.

Trunojoyo adalah seorang Pangeran Madura keturunan Adipati Cakraningrat. Ia melawan Susuhunan Amangkurat I. Amangkurat I adalah pengganti Sultan Agung yang bersahabat dengan VOC. Pada tahun 1674 dimulailah pemberontakan Trunojoyo. Dalam pemberontakan ini, Sunan Amangkurat I melarikan diri untuk meminta bantuan VOC di Batavia. Akan tetapi dalam perjalanannya, ia meninggal di daerah Tegal dan dimakamkan di Tegalarum. 

Pengganti Sunan Amangkurat I adalah putranya yang bernama Sunan Amangkurat II. Pada tahun 1670 Sunan Amangkurat II mengadakan perjanjian dengan VOC yang isinya seperti dibawah ini:
  1. Mataram akan menanggung biaya perang
  2. Daerah pantai utara Pulau Jawa digadaikan kepada VOC
  3. VOC akan melakukan monopoli perniagaan di Mataram
  4. Beberapa daerah kekuasaan Mataram harus diserahkan kepada VOC.

Setelah penandatanganan  perjanjian itu, Pasukan Amangkurat II dan Pasukan VOC menyerang Trunojoyo. Trunojoyo tidak dapat mempertahankan Kota Mataram. Pasukan Trunojoyo bertahan di Kediri. Pada tahun 1679 Trunojoyo tertangkap dan dibun*h oleh Amangkurat II. Sejak itu Mataram berada di bawah kekuasaan VOC.