Motif hias nusantara terkenal di mancanegara dengan keindahan tersendiri. Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya akan menjadi pola yang diulang-ulang dalam suatu karya kerajinan atau seni. Karya ini dapat berupa tenunan, tulisan pada kain (misalnya batik), songket, ukiran, atau pahatan pada kayu/batu. Ragam hias dapat distilisasi sehingga bentuknya bervariasi. Keanekaragaman motif hias ini semakin memperkaya kebudayaan bangsa kita. Keterampilan yang akarnya sudah berumur ribuan tahun tersebut wajib kita lestarikan agar tidak punah.
Sebagian besar motif hias dalam seni rupa Nusantara merupakan hasil karya bangsa kita tetapi ada juga yang berasal dari luar Indonesia. Sebagai contoh motif hias burung funiks, naga, awan dan batu karang yang berasal dari seni Cina terdapat pada karya seni rupa pesisir utara Pulau Jawa. Bunga teratai yang bermakna kelahiran berasal dari tradisi seni Hindu India dan banyak muncul pada arca atau relief candi. Dengan motif hias yang beragam membuat kualitas karya seni rupa menjadi lebih baik.
Keberagaman motif hias yang ada di Nusantara yang ada saat ini perlu kita pertahankan dan kita kembangkan. Kita dapat mengapresiasi motif hias dengan mempelajari motif-motif hias yang ada diderah kita. Melestarikan motif-motif hias sebagai warisan nenek moyang kita. Memakai busana batik, kain songket, sebagai wujud p
enghargaan terhadap keunikan motif hias karya seni rupa Nusantara. Berikut ini pengelompokan motif hias yang sering ditemui pada karya seni rupa Nusantara di Indonesia:
a. Motif Hias Flora
Motif hias flora dibentuk berdasarkan pada tumbuh-tumbuhan yang hidup di sekitar. Bentuknya ada yang berupa akar, daun, bunga, biji, tunas, buah, ranting, atau pohonnya. Contohnya adalah motif hias bunga teratai yang dalam ajaran Buddha berhubungan dengan simbol kelahiran. Contoh yang lain adalah motif hias pohon kehidupan (kalpataru) yang diterapkan pada gunungan wayang. Nilai simbolik yang terdapat pada pohon tersebut adalah dunia tempat tinggal manusia saat ini yang dibagi menjadi dunia atas tempat para dewa bertahta dan dunia bawah tempat mahluk biasa tinggal.
b. Motif Hias Fauna
Fauna atau satwa menjadi dasar terbentuknya motif hias ini. Satwa darat, air atau yang hidup di udara dan bahkan ada pula satwa khayal dibuat sebagai motif hias. Kadal, kerbau, belalang, ikan, ular, kuda, singa, gajah, burung, rusa, dan mahluk ajaib naga atau makara (ikan berbelalai) adalah beberapa satwa yang sering dijadikan motif hias. Nilai simbolik tampak pada seekor satwa berkenaan dengan alam kehidupan. Sebagai contoh ular mewakili dunia bawah atau air yang bermakna sebagai pembawa jenazah mendiang untuk menyeberang dan burung dianggap mewakili dunia atas yang membawa arwah ke alam atas.
c. Motif Hias Geometris
Motif hias geometris ini merupakan batik dengan motif yang ornamenya tersusun secara geometris. Motif hias geometris atau sering disebut juga ilmu ukur mulanya muncul karena faktor teknik dan bahan. Pada kriya anyaman serat membujur dan melintang membentuk motif hias yang geometris, yaitu serbalurus, lengkung atau lingkar. Motif hiasnya terdiri atas tumpal (segitiga), meander (liku-liku), pilin, kunci, banji, swastika. Motif hias swastika bermakna lambang matahari atau peredaran bintang yang berkaitan dengan nasib baik. Swastika dalam bentuk bersambung disebut banji yang bermakna harapan baik.
d. Motif Hias Figuratif
Bentuk ragam hias figuratif berupa objek manusia yang digambar dengan mendapatkan penggayaan bentuk. Ragam hias figuratif biasanya terdapat pada bahan tekstil maupun bahan kayu, yang proses pembuatannya dapat dilakukan dengan cara menggambar. Ada yang digambarkan utuh seluruh tubuh seperti pada wayang kulit purwa dan ada pula yang digambarkan hanya bagian kepala saja. Wajah manusia (topeng) yang dijadikan motif hias dibuat dengan gaya yang disederhanakan atau sebaliknya, dilebih-lebihkan. Maknanya sebagai penolak bala dan penggambaran nenek moyang. Contoh motif hias ini di antaranya adalah kala pada bangunan candi dari zaman Hindu dan juga diterapkan pada tenun ikat di Sumba.
e. Motif Hias Kaligrafi
Kaligrafi Islam atau kaligrafi Arab merupakan seni tulisan tangan indah yang berkembang di negara-negara dengan warisan budaya Islam. Tulisan-tulisan yang dibuat dalam kaligrafi umumnya menyitir ayat-ayat Al-Quran dan dijadikan salah satu sarana untuk melestarikan Al-Quran. Pada masa kekuasaan kerajaan Islam di Nusantara kaligrafi huruf Arab yang disebut khath menjadi salah satu motif hias yang sering dipakai. Motif hias yang sebagian merupakan nama Allah atau petikan ayat dari Alquran dan Hadis biasa diterapkan pada kriya logam, kayu, kain, dan lain sebagainya.
f. Motif Hias Lain
Motif hias gunung suci (mahameru), bukit batu, awan, roda matahari, lidah api, perahu, pemandangan, dan untaian manik-manik termasuk jenis kelompok ini. Semuanya juga memiliki nilai perlambangan. Mahameru yang merupakan motif hias khas Hindu berkenaan dengan alam atas, yakni tempat bersemayam para dewa. Lidah api melambangkan kesaktian. Perahu merupakan lambang kendaraan arwah menuju ke alam keabadian dalam kepercayaan kuna.
Sebagian besar motif hias dalam seni rupa Nusantara merupakan hasil karya bangsa kita tetapi ada juga yang berasal dari luar Indonesia. Sebagai contoh motif hias burung funiks, naga, awan dan batu karang yang berasal dari seni Cina terdapat pada karya seni rupa pesisir utara Pulau Jawa. Bunga teratai yang bermakna kelahiran berasal dari tradisi seni Hindu India dan banyak muncul pada arca atau relief candi. Dengan motif hias yang beragam membuat kualitas karya seni rupa menjadi lebih baik.
Keberagaman motif hias yang ada di Nusantara yang ada saat ini perlu kita pertahankan dan kita kembangkan. Kita dapat mengapresiasi motif hias dengan mempelajari motif-motif hias yang ada diderah kita. Melestarikan motif-motif hias sebagai warisan nenek moyang kita. Memakai busana batik, kain songket, sebagai wujud p
enghargaan terhadap keunikan motif hias karya seni rupa Nusantara. Berikut ini pengelompokan motif hias yang sering ditemui pada karya seni rupa Nusantara di Indonesia:
a. Motif Hias Flora
Motif hias flora dibentuk berdasarkan pada tumbuh-tumbuhan yang hidup di sekitar. Bentuknya ada yang berupa akar, daun, bunga, biji, tunas, buah, ranting, atau pohonnya. Contohnya adalah motif hias bunga teratai yang dalam ajaran Buddha berhubungan dengan simbol kelahiran. Contoh yang lain adalah motif hias pohon kehidupan (kalpataru) yang diterapkan pada gunungan wayang. Nilai simbolik yang terdapat pada pohon tersebut adalah dunia tempat tinggal manusia saat ini yang dibagi menjadi dunia atas tempat para dewa bertahta dan dunia bawah tempat mahluk biasa tinggal.
b. Motif Hias Fauna
Fauna atau satwa menjadi dasar terbentuknya motif hias ini. Satwa darat, air atau yang hidup di udara dan bahkan ada pula satwa khayal dibuat sebagai motif hias. Kadal, kerbau, belalang, ikan, ular, kuda, singa, gajah, burung, rusa, dan mahluk ajaib naga atau makara (ikan berbelalai) adalah beberapa satwa yang sering dijadikan motif hias. Nilai simbolik tampak pada seekor satwa berkenaan dengan alam kehidupan. Sebagai contoh ular mewakili dunia bawah atau air yang bermakna sebagai pembawa jenazah mendiang untuk menyeberang dan burung dianggap mewakili dunia atas yang membawa arwah ke alam atas.
c. Motif Hias Geometris
Motif hias geometris ini merupakan batik dengan motif yang ornamenya tersusun secara geometris. Motif hias geometris atau sering disebut juga ilmu ukur mulanya muncul karena faktor teknik dan bahan. Pada kriya anyaman serat membujur dan melintang membentuk motif hias yang geometris, yaitu serbalurus, lengkung atau lingkar. Motif hiasnya terdiri atas tumpal (segitiga), meander (liku-liku), pilin, kunci, banji, swastika. Motif hias swastika bermakna lambang matahari atau peredaran bintang yang berkaitan dengan nasib baik. Swastika dalam bentuk bersambung disebut banji yang bermakna harapan baik.
d. Motif Hias Figuratif
Bentuk ragam hias figuratif berupa objek manusia yang digambar dengan mendapatkan penggayaan bentuk. Ragam hias figuratif biasanya terdapat pada bahan tekstil maupun bahan kayu, yang proses pembuatannya dapat dilakukan dengan cara menggambar. Ada yang digambarkan utuh seluruh tubuh seperti pada wayang kulit purwa dan ada pula yang digambarkan hanya bagian kepala saja. Wajah manusia (topeng) yang dijadikan motif hias dibuat dengan gaya yang disederhanakan atau sebaliknya, dilebih-lebihkan. Maknanya sebagai penolak bala dan penggambaran nenek moyang. Contoh motif hias ini di antaranya adalah kala pada bangunan candi dari zaman Hindu dan juga diterapkan pada tenun ikat di Sumba.
e. Motif Hias Kaligrafi
Kaligrafi Islam atau kaligrafi Arab merupakan seni tulisan tangan indah yang berkembang di negara-negara dengan warisan budaya Islam. Tulisan-tulisan yang dibuat dalam kaligrafi umumnya menyitir ayat-ayat Al-Quran dan dijadikan salah satu sarana untuk melestarikan Al-Quran. Pada masa kekuasaan kerajaan Islam di Nusantara kaligrafi huruf Arab yang disebut khath menjadi salah satu motif hias yang sering dipakai. Motif hias yang sebagian merupakan nama Allah atau petikan ayat dari Alquran dan Hadis biasa diterapkan pada kriya logam, kayu, kain, dan lain sebagainya.
f. Motif Hias Lain
Motif hias gunung suci (mahameru), bukit batu, awan, roda matahari, lidah api, perahu, pemandangan, dan untaian manik-manik termasuk jenis kelompok ini. Semuanya juga memiliki nilai perlambangan. Mahameru yang merupakan motif hias khas Hindu berkenaan dengan alam atas, yakni tempat bersemayam para dewa. Lidah api melambangkan kesaktian. Perahu merupakan lambang kendaraan arwah menuju ke alam keabadian dalam kepercayaan kuna.